Thursday 23 August 2012

Perbedaan Hepatitis A,B,C

Assalamualaikum wr wb

Dr Zubairi Yth,
Beberapa minggu yang lalu, anak perempuan saya (30 tahun) demam panas, disertai sakit kepala, mual-mual, dan muntah satu kali. Dokter yang memeriksa menduga ia menderita demam berdarah atau tifus. Pemeriksaan darah menunjukkan, semuanya normal, kecuali SGOT dan SGPT yang amat tinggi, lebih dari 300. Setelah beberapa hari, panas mulai reda, lemas berkurang, tetapi mata agak kuning.

Kontrol kembali ke dokter penyakit dalam, diperiksa darah lagi. Kami kaget sekali, karena ternyata SGOT dan SGPT makin naik, masing-masing lebih dari 1.500 dan kadar kuning mata (bilirubin,) juga meningkat. Tetapi dokter menjelaskan bahwa justru karena SGOT dan SGPT lebih dari 1.000, malahan aman.

Karena, menurut dokter, gejala yang dialami anak saya dan kenaikan SGPT yang luar biasa tinggi, justru biasanya karena hepatitis akut A, bukan hepatitis B atau C. Bahkan kata dokter, tidak perlu dirawat di rumah sakit. Memang benar kemudian terbukti hepatitis akut A. Namun, bukankah SGOT dan SGPT yang amat tinggi berbahaya? Sebenarnya bagaimana dok? Apakah beda hepatitis A, B, dan C

Nayya, Jakarta

Jawab

Waalaikumussalam wr wb
Bu Nayya yang baik,
Alhamdulillah putri Ibu telah lebih baik. Ibu 'beruntung' karena puteri ibu hanya terkena hepatitis A. Memang pada awal, gejalanya lebih mencolok. Demam, mual, dan kencing menjadi seperti air teh tua dan mata kuning. Apalagi bila diperiksa darah, SGOT dan SGPT lebih dari 1000. Namun, seperti kata dokter penyakit dalam yang mengobati, justru itulah yang membedakan dengan hepatitis B dan hepatitis C, dua penyakit hati lain yang mirip hepatitis A. Hepatitis B dan C bersifat jangka panjang dan lebih berbahaya, sebagian bahkan bisa menjadi hepatitis menahun dan kanker hati. Sedangkan hepatitis A, hampir semuanya sembuh sempurna.

Hepatitis virus memang merupakan penyakit hati yang banyak ditemukan di dunia, lebih banyak di Indonesia dibandingkan dengan angka kejadian di Amerika atau Eropa. Sesuai dengan namanya, penyebabnya adalah virus yang menyerang hati. Ada lima jenis virus hepatitis yaitu virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV), dan virus hepatitis E (HEV). Yang banyak ditemukan di Indonesia adalah virus hepatitis A, virus hepatitis B, dan virus hepatitis C.

Memang virus hepatitis A berbeda dengan virus hepatitis B dan C. Cara penularan virus hepatitis A adalah melalui saluran cerna. Artinya penyebarannya dapat melalui makanan atau minuman/air yang terkontaminasi virus. Sementara cara penularan virus hepatitis B melalui transfusi darah dan hubungan seksual. Sedangkan virus hepatitis C terutama ditularkan melalui jarum suntik pengguna narkotika dan transfusi darah. Dari penelitian tidak terbukti adanya penularan dari ibu ke janin pada infeksi HAV, namun pada infeksi HBV dan HCV dapat terjadi.

Masa inkubasi (waktu yang dibutuhkan dari saat virus pertama kali masuk ke badan hingga timbul gejala penyakit) pun berbeda. Virus hepatitis A mempunyai masa inkubasi yang lebih pendek, sekitar 15 hari, sedangkan virus hepatitis B dan C lebih panjang (rata-rata sekitar 50 - 90 hari).

Gejala hepatitis virus bervariasi, mulai dari yang tanpa gejala, infeksi ringan sampai sedang, hingga kondisi yang fatal sehingga terjadi gagal hati akut. Rasa lelah, mual, muntah, tidak nafsu makan dan gejala seperti flu adalah gejala-gejala klinis yang sering dijumpai pada sebagian besar kasus di awal infeksi.

Pada beberapa kasus selanjutnya dapat timbul kuning di mata dan kulit (ikterus). Ikterus infeksi hepatitis A sering kali tampak lebih hebat. Bila diperiksakan kadar SGOT, SGPT dan bilirubin darah akan meningkat jauh lebih tinggi dibandingkan HBV dan HCV.

Sebagian kasus hepatitis virus akan sembuh spontan, pada hepatitis A kesembuhan mendekati 100 persen. Dalam perkembangan penyakitnya, hepatitis A tidak akan menyebabkan penyakit yang bersifat menahun di kemudian hari. Demikian pula risiko komplikasi yang berat, hampir tidak ada. Untuk itu, memang sebagian besar pasien hepatitis A boleh istirahat di rumah guna memulihkan kondisinya. Rawat inap dilakukan bila pasien mengalami mual dan muntah yang hebat sehingga terjadi kekurangan cairan atau mata kuning sekali atau ada tanda-tanda gagal hati, yang amat jarang terjadi.

Hal yang harus dilakukan selama perawatan di rumah adalah mempertahankan asupan kalori dan cairan dalam jumlah yang cukup, kurangi aktivitas fisik yang berlebihan dan istirahat. Tidak ada obat spesifik untuk infeksi hepatitis A ini, bahkan konsumsi obat-obatan yang tidak perlu harus dihentikan.

Hal ini berbeda dengan hepatitis B dan C. Walaupun di awal penyakit cukup banyak pasien yang tanpa gejala dan seolah sembuh spontan, namun untuk jangka panjang hepatitis B dan hepatitis C dapat berkembang menjadi penyakit kronis yaitu bila keberadaan virus dalam darah lebih dari enam bulan. Hal lain yang dikhawatirkan adalah infeksi yang kronis ini dalam beberapa tahun kemudian dapat berkembang menjadi penyakit hati menahun yang disebut sirosis hati dan kanker hati.

Untuk itu, pasien dengan infeksi HBV dan HCV dianjurkan untuk istirahat total di awal penyakitnya dan menjalani terapi obat pada kasus kronis. Hanya kendalanya adalah dari segi biaya yang relatif mahal. Hal lain yang harus dilakukan adalah kontrol teratur dan melakukan pemeriksaan USG hati secara berkala. Dengan demikian akan segera dapat dideteksi bila ada perkembangan penyakit ke arah yang kurang baik.

Karena itulah, masih 'lebih untung' terkena infeksi hepatitis A dibandingkan bila terkena infeksi hepatitis B atau C. Tapi mencegah agar tidak terkena infeksi apapun, termasuk infeksi hepatitis A, tentu lebih baik. Untuk itu gaya hidup sehat, kebiasaan mencuci tangan serta sanitasi yang baik menjadi prioritas utama. Pilihan lain adalah vaksinasi. Salam untuk keluarga.

No comments:

Post a Comment